Naima memiliki seekor kucing betina.Namanya Pusi.Pusi berbulu belang oranye,putih,dan hitam.Pusi hadiah dari Ibunya saat ia ulang tahun yang kesembilan tahun lalu.Pusi sangat lucu dan patuh.Dulu saat diberikan Ibunya,Pusi masih kecil.Kini ia sudah dewasa.Naima sangat menyayanginya.Setiap pulang sekolah,Naima selalu bermain dengan Pusi.Namun,akhir-akhir ini Naima jarang bermain dengan Pusi.Ya,ulangan-ulangan sedang banyak.Naima lebih sering belajar di rumah Diana,atau Lisa,atau Tania.
Namun hari ini Naima teringat tentang Pusi.Ia mencari ke sana kemari.Namun Pusi tidak ada.
"Pus..Pusi.Kamu dimana?Pusi?"Naima memanggil-manggil nama Pusi.Namun yang dipanggil tidak juga datang.
Naima jadi khawatir.Aduh,bagaimana kalau Pusi di ambil orang?Atau,kalau dia bermain di jalan raya?Uuuh,Naima jadi sangat khawatir.Naima akhirnya bertanya kepada Ibunya.
"Bu,lihat Pusi tidak,Bu?"tanya Naima.
"Lo?Ibu tidak melihat Pusi.Mungkin Pusi keluar rumah.Soalnya tadi Ibu melihat ada bayangan yang keluar rumah.Ibu kira itu kamu,"jawab Ibu.
Aduuuh,Naima jadi tambah khawatir.Ia akhirnya mengambil sepedanya.Ya,Naima akan berkeliling kompleks untuk mencari Pusi.
"Bu,Naima cari Pusi diluar dulu ya,Bu.Naik sepeda,"sahut Naima.
"Iya!Jangan kemalaman!Hati-hati!"pesan Ibunya dari dalam.
Ia mulai menyusuri kompleks.Ia teringat sesuatu.Pusi kan,suka bermain di rumah Tania,Mila,atau Siska.Karena mereka memiliki kucing juga.Pusi suka sekali bermain dengan mereka.Ya,akhirnya,Naima lalu pergi ke rumah Tania dulu.
"Pusi?Tidak ada,kok.Malah aku kangen sama Pusi.Di mana sih, kucing manis itu?"jawab Tania.
Tanpa banyak omong,Naima meluncur ke rumah Mila.Mila memberi jawaban yang sama dengan Tania.Katanya,Pusi tidak main ke rumah Mila.Wina saja ada di rumah sakit hewan karena sakit.Harapan terakhir,Siska.Namun Naima kembali kecewa dengan jawaban Siska.Katanya,Pusi tidak main ke rumahnya.Naima sangat kecewa.Ia hampir menangis memikirkan nasib Pusi.
"Hmm,kucing pintar.Bulumu bagus sekali ya,oranye,hitam,dan putih,” Terdengar suara anak perempuan dari sebuah rumah.
Naima kaget.Ia mengintip.Pusi!Tapi tidak hanya dia sendiri,banyak sekali kucing di rumah itu.Naima lalu masuk dengan hati-hati.
“Maaf...” kata Naima.
Anak perempuan itu menoleh,kemudian ia tersenyum.”Iya,ada apa,ya?”tanyanya.
“Kucing itu...Dia kucing milikku.Kucingku hilang,dan ia sama persis dengan kucing ini,” jawab Naima.
Pusi yang mendengar suara Naima menoleh.Ia lalu meloncat ke arah Naima dengan senang.
“Pusi!”Naima sangat senang.
Anak perempuan itu tersenyum.”Namaku Lina.Aku menemukannya tadi di halamanku sedang bermain dengan kucing-kucing milikku.”ujarnya.
Naima tersenyum.”Aku Naima.Terima kasih ya telah memberi makan Pusi,” ucap Naima senang.
Lina ikut tersenyum.”Iya,aku rasa,kucingmu butuh teman.Ia senang sekali tadi bermain di sini,” kata Lina.
“Sungguh?Aku rasa iya.Tapi...Kucingmu sebanyak ini?” tanya Naima.
Lina mengangguk.”Kucing-kucing ini dijual.Siapa saja boleh beli.Harganya murah kok.Tapi,khusus buat kamu,aku kasih gratis kalau kamu mau ambil teman buat Pusi,” kata Lina ramah.
Naima tersenyum senang.”Terima kasih,tapi,nanti kamu rugi,enggak ah,” tolak Naima.Lagipula kita kan baru saling kenal.
“Enggak apa-apa kok.Aku enggak rugi kok.Lagipula aku hanya buat iseng aja.Cuma buat tambahan.Ambil aja satu,enggak apa-apa.” ujar Lina.
Naima tersenyum.”Aku enggak mau.Aku cuma ingin,Pusi boleh bermain di sini setiap hari.Boleh kan?”tanya Naima.
Lina mengangguk.”Boleh boleh!Aku akan senang sekali.Soalnya Pusi lucu banget!Rawat Pusi baik-baik ya,Nai!” kata Lina.
Naima mengangguk.”Aku pulang dulu ya,Lin.Terima kasih!” seru Naima.
Lina mengangguk.Naima lalu menaruh Pusi di keranjang sepedanya.Kemudian ia bersepeda pulang dengan hati gembira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar